Pandemi COVID-19 Membuat Siswa Stress Dengan Banyaknya Tugas

Virus covid-19 atau corona semakin menyebarluas di Indonesia. Oleh karenanya, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan mulai physical distancing hingga PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk menghambat penyebaran virus ini Pandemi COVID-19 Membuat Siswa Stress Dengan Banyaknya Tugas.

Pandemi COVID-19 Membuat Siswa Stress Dengan Banyaknya Tugas
Pandemi COVID-19 Membuat Siswa Stress Dengan Banyaknya Tugas

Dengan adanya berbagai kebijakan yang mendorong masyarakat untuk #dirumahaja ini, Bapak Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim juga meliburkan sekolah dengan memberikan himbauan belajar di rumah seefektif mungkin, Menanggapi hal tersebut, Bapak Menteri Pendidikan juga mengatakan mendukung kebijakan pemerintah daerah (pemda) yang liburkan sekolah karena khawatir dengan penyebaran virus corona jenis baru atau covid-19″Dampak penyebaran covid-19 akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kami siap mendukung kebijakan (liburkan sekolah) yang diambil pemda”. Begitu tanggapan dari pak Menteri.

Dengan kebijakan meliburkan sekolah tesebut, Nadiem juga menghimbau para guru untuk tidak hanya memberikan tugas tapi juga berinteraksi dengan siswa selama kegiatan belajar di rumah.”Kami juga ingin menekankan bahwa walaupun banyak sekolah sekarang melakukan belajar dari rumah, bukan berarti gurunya hanya memberikan pekerjaan saja kepada murid, tapi juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugas” kata Nadiem usai rapat via teleconference dengan Presiden Jokowi dan menteri terkait di Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Namun, ternyata dalam pelaksanaannya, para guru justru banyak yang mengembankan tugas untuk menjadi pengganti pembelajaran di sekolah. Bahkan, para guru banyak yang tidak senggan memberikan tugas berat dengan deadline yang cukup menyiksa, belum lagi jika tugas itu berbarengan dengan pemberian tugas oleh guru mata pelajaran lain. Selain itu, banyak guru yang memberikan tugas di luar jam pembelajaran biasanya sehingga semakin membingungkan siswa.Dalam hal ini, pembelajaran menjadi tidak efektif dan membuat siswa stress. Guru-guru menjadi tidak berkiblat pada himbauan Bapak Menteri dengan dalih mencapai kompetensi kurikulum. Padahal dalam sudut pandang siswa, siswa yang hanya diandalkan belajar di rumah tidak memiliki pemahaman secara komprehensif dan terkesan tidak paham. Apalagi bagi siswa yang memang kurang cakap dalam sisi akademik, hal ini justru sangat memberatkan dan berujung pada dampak negative.

Siswa-siswa yang kebanyakan tugas ini akan lebih sibuk menyelesaikan tugas dan tidak memiliki waktu luang untuk mengembangkan minta dan bakat dirinya. Padahal yang dibutuhkan di masa depan adalah bagaimana anak Indonesia mampu mengeksplorasi dirinya sesuai dengan bidangnya. Karena jika sekolah libur, maka ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan minat dan bakat siswa juga diliburkan, sehingga secara langsung menimbulkan pertanyaan, bagaimana para siswa dapat berkembang dan maju?

Selain itu, pemberian tugas dan ulangan secara online juga berpotensi menyebabkan siswa menjadi curang dan tidak terlatih secara empirik. Hal ini juga secara tidak langsung menurunkan kualitas karakter generasi penerus.Dalam segi kesehatan, pembelajaran online juga berpotensi menyebabkan mata sakit, gangguan mental akibat stress berkepanjangan, dan juga menurunkan kinerja otak.

Kemudian jika ditinjau dari segi sosial dan ekonomi, pembelajaran secara online juga bisa memberatkan siswa menengah ke bawah yang tidak mampu secara ekonomi, seperti mereka yang tidak memiliki gadget yang memadai, tidak lancarnya arus sinyal internet, apalagi bagi mereka yang tinggal di pedalaman, ketidakmampuan siswa membeli kuota internet, serta problematika lain yang menghambat siswa mendapatkan pengajaran yang baik.

Pada akhirnya, sebuah solusi yang inovatif dan efektif juga diperlukan untuk keberlangsungan pendidikan yang baik di tengah pandemi yang sedang mewabah di Indonesia ini. Bisa dengan memanfaatkan aplikasi yang sudah ada dan menjalankannya secara inovatif atau pun membuat berbagai gebrakan baru. Untuk itu, diharapkan seluruh aspek masyarakat dibantu peran pemerintah mampu terus bersinergi untuk berkontribusi lebih baik terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia.  Dan peran guru sebagai pendidik dalam hal ini, diharapkan lebih adaptif, toleran, kreatif, dan fleksibel.

Grahita Indonesia Salah satu lembaga psikologi terbaik di indonesia yang berlokasi di tangerang karawaci banten Indonesia.

Informasi Psikologis

Head Office : 021-5517190/0812-5883-855

Official Website : www.grahita.org

Office Location : Heartline Centre, Jl. Permatasari No. 1000 Lippo Karawaci, Tangerang, Banten