HINDARI TOXIC PARENTING SELAMA PANDEMI

HINDARI TOXIC PARENTING SELAMA PANDEMI Hadirnya covid-19 yang memaksa semua orang untuk karantina atau melakukan segala kegiatan di dalam rumah.

HINDARI TOXIC PARENTING SELAMA PANDEMI

 masing-masing untuk jangka waktu yang tidak jelas sampai kapan ternyata menimbulkan problem baru, salah satunya meningkatnya kekerasan pada anak. Berdasarkan data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementrian PPPA), pada 1 Januari – 31 Juli 2020 telah terjadi 4.116 kasus kekerasan terhadap anak, diantaranya 1.111 kekerasan fisik, 979 kekerasan psikis, 2.556 kasus kekerasan seksual, 68 eksploitasi, 73 tindak pidana perdagangan orang, dan 346 penelantaran. Benton (1997) menyebutkan bahwa keluarga disfungsional merupakan kondisi apa saja yang mengganggu keberfungsian yang sehat dari sebuah keluarga. Forward (1989) mengistilahkan orangtua dalam keluarga yang disfungsional dengan “toxic parents” atau orangtua beracun.

Setiap orangtua akan berusaha untuk menjadi orangtua yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun tanpa disadari, banyak orangtua yang justru berperilaku toxic tehadap anak-anaknya. Toxic Parents ini biasanya mereka melakukan atas nama cinta, tapi justru yang dilakukan adalah hal yang kebalikannya. Mereka sedikit demi sedikit justru malah menyakiti dan meracuni anak. Ada beberapa kasus yang saya temui ketika mendengarkan keluhan para orangtua yang datang untuk konsultasi yang tanpa mereka sadari telah melakukan toxic parenting pada anak-anaknya. Misalnya ketika si anak gagal dalam melakukan sesuatu justru tidak dimotivasi untuk memperbaiki kesalahannya, orangtua justru mengatakan “Tuhkan mama bilang juga apa, kamu itu bodoh, begini saja ngak bisa kan”.  Atau contoh lain ketika anak melakukan kesalahan sedikit, orangtua langsung bereaksi berlebihan seperti marah-marah dan membentak anak. Ada juga orangtua yang sangat perhitungan pada anak dengan mengungkit-ungkit apa yang sudah pernah diberikan dengan mengucapkan “mama tuh sudah memberikan kamu semuanya loh. Masa masih nggak nurut sama mama.” Cerita toxic parenting ini banyak sekali, yang pasti adalah secara tidak langsung, sedikit demi sedikit orangtua yang toxic parents justru malah menjatuhkan anak, merendahkan harga diri anak, dan itu berdampak jangka panjang. Ternyata perilaku toxic itu akan membawa banyak kerugian dalam tumbuh kembang anak bahkan dapat berpengaruh sampai anak berusia dewasa.

Salah satu Lembaga Psikologi Terapan adalah Grahita Indonesia adalah yang berdiri pada  tahun 1996 ber kantor pusat tokoh pendiri Grahita Indonesia adalah Eko Budhi Purwanto. Pria kelahiran muntilan 09 Januari 1961 aktif berjuang meningkatkan kesehatan jiwa anak Indonesia sejak tahun 1996, pria lulusan Universitas Gajah Mada ini yang juga dikenal populer dikalangan masyarakat indonesia bahkan internasional atas prestasi penemuannya metode PMPO (Projektive Multi-Phases Orientations ) yang telah mendapatkan Hak paten (HK) MENKUMHAM/DIRJEN/045267 atas kekayaan intelektual. Selain itu beliau juga adalah Founder dari International Auratic School of FOCCT  yang berpusat di Ohio, USA. Beliau juga sukses membangun lembaga psikologi terbaik di Indonesia dengan motto : “ Open Heart and Eyes “, selalu bekerja maksimal berlandaskan : “ Three Golden Concepts “, yang merupakan simpulan dari tiga aspek konsep kerja keras kami, Dengan konsep Kerja keras dan motto tersebut, kami sangat yakin mampu menjadi bagian terbaik bagi seluruh usaha perbaikan mutu pendidikan di Indonesia.

Grahita Indonesia Salah satu lembaga psikologi terbaik di indonesia yang berlokasi di tangerang karawaci banten Indonesia, siap membantu dan memberikan edukasi khusus tentang bagaimana mendidik  Anak dengan baik ,karena jalinan hubungan yang baik antara anak dan orang tua akan menjadi investasi prilaku terbaik di masa mendatang.

Informasi Psikologis

Tangerang Head Office
Biz Loft Apt 21- 31 ,Wisma U Residence,Lippo Karawaci,Tangerang
Telp : (021) 5517190 WA : 0821-1243-0151 email : grahita.indonesia@gmail.com