Setop Mengganggu Anak yang Sedang Bermain Sendiri Ini Alasannya.

Setop Mengganggu Anak yang Sedang Bermain Sendiri Jika ditanya sejak kapan saya mulai menyukai anak-anak serta mempelajari apa saja tentang mereka maka saya pun tidak tahu pasti jawabnya.

Setop Mengganggu Anak yang Sedang Bermain Sendiri, Ini Alasannya.

Boleh jadi mungkin sejak melihat wajah-wajah polos mereka saban kali, atau ketika saya mengalami sendiri dunia kanak-kanak saya di tahun 90-an yang begitu penuh cerita dan warna—atau boleh jadi pula almarhumah ibu yang mengajarkannya secara tersirat pada saya, Tak lekang rasanya dalam ingatan saya tentang almarhumah ibu saya yang sering mampir ke kamar saya hanya untuk sengaja membelai rambut saya dan mencium kening saya diam-diam ketika saya tidur; yang sebenarnya tanpa ia tahu, (baca: pun saat saya menyadarinya karena belum lelap tertidur) saya sering memilih untuk tidak bangun demi membiarkan beliau melakukan itu pada saya.

Ya, tak peduli berapapun usia saya, tak peduli saya jarang berkata “aku sayang Mama”, ibu kerap melakukan itu ketika larut malam menjelang, Pun terhadap kedua adik saya, Beberapa kali, saya pernah mendapati ibu melakukan hal yang sama terhadap kedua saudara saya tersebut dan itu adalah pemandangan yang manis untuk saya lewatkan percuma, Seperti ibu yang melakukannya diam-diam, saya pun mengamatinya diam-diam,Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Setop Mengganggu Anak yang Sedang Bermain Sendiri, Ini 4 Alasannya”, Klik untuk baca, Begitu pula saat di lapangan, ketika saya bertindak sebagai official photographer, saya kerap memotret anak-anak kecil: mengabadikan mereka dalam frame saya dengan begitu rupa—semisal momen itu bercerita tentang upaya mereka yang bersikap manis meski duduk kaku di kursi undangan, atau saat mereka ada di gendongan ayah atau ibu mereka, Meski terkadang tangan tak sampai selalu menyapa atau menggendong mereka (baca: entah karena ibunya yang dari kejauhan terlihat jutek atau bapaknya yang kelewat manis sehingga akan berpotensi membuat saya kesengsem) tapi senyum saya sangat sulit untuk saya tahan.

Bidik tanpa kikik—dan voila, tahu-tahu ada saja file foto dengan wajah-wajah seperti mereka—dengan atau tanpa mereka menyadarinya, Baiklah, saya cukupkan bridging (baca: istilah dalam dunia broadcasting. Bridging adalah prolog yang dilakukan seorang penyiar (atau lebih dalam sebuah obrolan) untuk masuk ke topik utama pembahasan) singkat saya menyoal inti tulisan saya kali ini; saya akan berpindah pada narasi yang jauh lebih serius, Sebagai onty-onty yang menyukai anak kecil (baca: khususnya anak dengan rentang usia sama dengan atau di bawah tiga tahun), saya—kalau boleh—menganalogikan mereka layaknya seperti baterai yang memiliki daya tinggi dan mampu meledakkan energi saya lagi, Betapa tidak, saya yang terkadang kelelahan karena satu pekerjaan atau kurang mendapat jatah tidur semalam, sangat jarang tak tergoda jika saya melihat mereka atau membersamai mereka.

Seperti kita tahu bersama, menyelami cara pikir anak kecil bisa dilakukan dengan banyak cara, misal dengan mengajak mereka mengobrol (baca: interaksi ini mungkin cenderung membuat kita terlihat seperti anak kecil, tapi itulah salah satu “cara”-nya; singkirkan terlebih dahulu logika kita sebagai manusia dewasa yang—sok paling—tahu segala hal)—atau ikut bermain bersama mereka, Selain melatih daya motoriknya, ada beberapa alasan lain mengapa kita sebaiknya tidak disarankan mengganggu anak yang sedang bermain sendiri—dan dari rentang waktu pengamatan yang sudah saya lakukan menyoal anak, izinkan saya memberi tahu dengan singkat beberapa di antaranya. 

Grahita Indonesia Seperti kita tahu bersama, fase golden age (baca: usia 1-5 tahun) pada anak-anak adalah fase yang sangat perlu jadi perhatian khusus, terutama bagi para orang tua. Karena pada fase ini otak mengalami perkembangan yang sangat pesat, Tak heran segala hal yang berkaitan dengannya (baca: asupan makanan-minuman, pola asuh, gaya berkomunikasi, dan lain sebagainya) menjadi perhatian penting—termasuk pula ini ada keterkaitannya ketika kita membicarakan mengenai daya imajinasi Jadi, jangan heran, akan ada masanya seorang anak menciptakan dialog dalam imajinasinya ketika mereka bermain sendiri—bahkan mungkin saat itu ia sedang bertindak sebagai dua pelaku—atau lebih.

Informasi Psikologis

Tangerang Head Office
Biz Loft Apt 21- 31 ,Wisma U Residence,Lippo Karawaci,Tangerang
Telp : (021) 5517190 WA : 0821-1243-0151 email : grahita.indonesia@gmail.com 

Jogja Branch Office
Jl. Palagan Tentara Pelajar No.Km 8.3, Mudal, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581

WA : 0813-6935-8292