Dampak buruk Mendidik anak menggunakan hukuman fisik sepertinya menjadi sebuah hal tabu bagi para orang tua zaman sekarang. Perkembangan teknologi yang pesat melengkapi orang tua sekarang serta sudah banyak orang tua yang meninggalkan cara asuh zaman dulu untuk mendidik anaknya.
Bukan lagi berdasarkan pengalaman pribadi maupun orang lain melainkan juga melalui pembelajaran dari banyak sumber lainnya seperti buku, artikel psikologi, seminar parenting dan lain-lain, Sebuah undang-undang dibentuk mengenai pengayiaan anak yang membuat orang tua lebih berhati-hati dalam menggunakan hukuman fisik untuk mendidik anaknya. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan masih banyak beberapa orang tua yang menganggap hukuman fisik seperti memukul adalah hal yang normal. Mereka beralasan hukuman fisik tersebut untuk mendisiplinkan anak-anaknya. Memukul mungkin tidak terlihat parah bagi para orang dewasa, tetapi itu tidak sama dengan bayi dan anak-anak dibawah umur. Traumatis bias saja terjadi pada saraf, misalnya.
Pada prinsipnya, mengasuh atau mendidik anak yang paling utama yaitu dengan adanya afeksi (kasih sayang) dan disiplin (control dan mengenalkan aturan terhadap anak). Bagi anak-anak yang dibesarkan dengan kasih sayang yang berlebihan tanpa diberikan suatu pendisiplinan akan tumbuh menjadi anak yang manja, rapuh, agresif dan tidak bias mengikuti peraturan. Selain itu, bagi anak yang dibesarkan dengan disiplin yang berlebihan juga akan tumbuh menjadi anak yang kaku, kurang percaya diri, sulit mengambil keputusan sendiri dan pemberontak. Tapi, apabila anak dibesarkan tanpa kedua unsur tersebut, ketika kedua orang tua tidak terlibat dalam pengasuhan, maka anak akan menjadi anak yang mempunyai keterampilan social yang rendah. Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk memasukan kedua unsur prinsip ini dalam metode pengasuhannya.
Dengan begitu, apakah berarti orangtua boleh menggunakan hukuman fisik pada anaknya? Harus diketahui, Dampak buruk Mendidik anak menggunakan hukuman fisik jangan sampai kita menghukum anak hanya karena kita tidak bisa mengontrol emosi. Ketika orang tua diliputi kemarahan, maka tindakan-tindakan yang dilakukan akhirnya kurang rasional dan hanya akan menimbulkan penyesalan. Hukuman atau disiplin fisik akan menimbulkan dampak negative bagi anak. Hukuman fisik tersebut akan berpengaruh pada kesehatan fisik anak maupun emosionalnya. Perlu diingat, jangan sampai karena orang tua memberikan hukuman fisik yang terlalu keras pada anak, perkembangan fisik dan emosinya jadi terhambat. Anak-anak yang dibesarkan dengan hukuman fisik yang berlebihan mungkin saja tumbuh menjadi anak yang disiplin dan menghormati orangtua namun kurang bahagia dan sulit membina hubungan yang dekat dengan orangtuanya dan orang lain. Oleh karena itu, kita perlu hati-hati mengenai hukuman fisik yang kita berikan pada anak.
Diketahui bahwa hukuman fisik dapat memberikan contoh perilaku agresi pada anak. Dampak buruk Mendidik anak menggunakan hukuman fisik Pada dasarnya, anak-anak lebih cepat belajar dengan mencontoh tindakan daripada nasehat orangtuanya. Jangan berharap anak kita menjadi anak yang sopan baik ucapan maupun tindakannya kalau sehari-hari orangtuanya juga berbicara dan belaku kasar atau keras. Selain itu, hukuman fisik bila semakin sering dilakukan, akan menjadi semakin tidak efektif. Bila anak sudah terbiasa dipukul untuk suatu tindakan, maka kali berikutnya akan sulit bagi anak untuk menurut selama ia belum dihukum secara fisik. Hal ini kemungkinan dikarenakan ia sudah pernah mengalami hukuman yang lebih menyakitkan sehingga ia tidak lagi “takut” ketika ia didisiplin dengan lebih ringan. Ia akan berhenti melakukan tindakan yang buruk bila akan dihukum secara fisik saja.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hukuman fisik boleh saja diberikan pada kondisi tertentu, tapi itu adalah sebagai opsi terakhir apabila metode lainnya sudah tidak berhasil. Sebenarnya masih banyak opsi pendisiplinan lain yang lebih efektif dan lebih menyejahterakan anak. Selain itu, hukuman fisik bisa saja diberikan apabila tingkat keburukan perilaku yang dilakukan benar-benar sudah berada pada tahap yang gawat dan membutuhkan penanganan segera, seperti membahayakan diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Memang kelebihan hukuman fisik adalah mampu memberikan hasil yang segera. Namun perlu diingat bahwa hukuman fisik yang diberikan pun hendaknya jangan sampai mempengaruhi kesehatan anak bahkan menimbulkan trauma, dan diberikan tidak terlalu sering sehingga bisa lebih efektif
Yang tidak kalah penting adalah diperlukan konsistensi dan kesepakatan kedua orangtua dalam memberikan hukuman. Misalnya, orangtua berdiskusi dan sepakat hukuman fisik diberikan untuk kesalahan apa dan bagaimana bentuknya. Jangan sampai ayah seolah-olah menjadi pihak yang menghukum dan ibu jadi malaikat yang menolong anak, atau sebaliknya. Pemberiannya pun konsisten setiap perilaku tersebut muncul. Pendisiplinan manapun, bila diberikan tidak dengan konsisten, akan menjadi sia-sia. Jangan lupa dalam memberikan pendisiplinan apapun, penting bagi orangtua untuk menjelaskan mengapa orangtua melakukan pendisiplinan tersebut sehingga anak tidak menjadi bingung dan bisa memperbaiki diri.
Jadi, memang hukuman fisik bisa diberikan, namun dalam batas-batas yang jelas dan dengan penuh kesadaran akan dampaknya dan kesadaran bahwa hal ini dilakukan untuk mendidik anak, bukan untuk melampiaskan kemarahan. Janganlah kita lupa bahwa sebagai orangtua kita tidak perlu bersikap galak, tapi sangat perlu bersikap tegas.
Grahita Indonesia Salah satu lembaga psikologi terbaik di indonesia yang berlokasi di tangerang karawaci banten Indonesia, siap membantu dan memberikan edukasi khusus tentang bagaimana mendidik Anak dengan baik ,karena jalinan hubungan yang baik antara anak dan orang tua akan menjadi investasi prilaku terbaik di masa mendatang.
Informasi Psikologis
Head Office : 021-5517190/0812-5883-855
Official Website : www.grahita.org
Office Location : Heartline Centre, Jl. Permatasari No. 1000 Lippo Karawaci, Tangerang, Banten